Surga di Rumah Kita


Kita mengerti bahwa suatu pernikahan adalah seni mengelola hati tingkat tinggi. Bagaimana kita bekerja keras agar hati merasa nyaman menjalani hari demi hari bersama seluruh anggota keluarga. Berupaya sekuat tenaga untuk mewujudkan surga dunia yang menjadi dambaan semua pelaku pernikahan. Meski tidak mudah, hal ini tetap kita upayakan semaksimal mungkin, karena inilah pertaruhan kita saat memutuskan untuk membangun maghligai keluarga.
Rasulullah bersabda,
 “Ada empat perkara kebahagiaan : istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk”. 
[HR. Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 4032), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (9556), Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy dalam Al-Mukhtaroh (no. 1048). Hadits ini dinilai shohih oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad(no. 1445)]

            Sendi pertama kebahagiaan keluarga adalah istri yang shalihah. Sebaik – baik perhiasan dunia, yang bila dipandang suami menyenangkan, bila diperintah menaati, diberi materi mensyukuri, dan bila ditinggal pergi menjaga kehormatannya dan harta suaminya. Ialah sebaik baik manfaat, setelah takwa kepada Allah, sehingga keberadaanya diniscayakan dalam sebuah keluarga bahagia.
            Dan karena para lelakilah yang memilih siapa yang akan menjadi istri mereka, maka kepedulian mereka akan keshalihan istri adalah bukti kedewasaan berfikir dan ketajaman visi.  Begitu juga dengan para wanita yang menentukan dengan bijak untuk pasangannya kelak. Karena mereka tidak menikah untuk satu, dua hari dan juga bukan untuk diri mereka sendiri. Maka beruntunglah mereka yang memilih pendamping hidupnya dari standart agama, karena sebagai modal awal pembangunan keluarga mereka.
            Sendi kebahagiaan yang kedua yakni tempat tinggal yang lapang. Tempat dimana kita bisa menunaikan kewajiban dan mendapatkan hak secara layak, mengaplikasikan syariat secara nyaman, menyediakan tempat tumbuh kembang yang memadai, serta beristirahat yang cukup. Maka, bagi siapa diantara kita yang memiliki hunian yang nyaman, kesyukuran kepada Allah patut kita haturkan. Karena faktanya, tidak mudah mewujudkan hunian impian di saat seperti ini. Dan diluar sana masih banyak keluarga yang tinggal di bilik – bilik sempit, bahkan seringkali bukan milik sendiri, dalam waktu yang tidak sebentar.
            Sendi kebahagiaan berikutnya adalah tetangga yang baik. Bukan saja karena kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, juga karena tetanggalah yang secara nyata menjadi orang – orang terdekat kita. Islam memberi petunjuk agar kita berbuat baik kepada tetangga. Dimana hal ini menjadi bukti iman kepada Allah SWT dan hari akhir. Bila mereka sakit, kita menjenguk. Jika ada yang meninggal, kita tunaikan hak si mayit. Jika mereka berhutang, kita memberi selama kita memilikinya.  Dan hal – hal lain yang menjadi konsekuensi kehidupan bertetangga. Namun juga mengganggu jika para tetangga kita buruk akhlaknya.
            Dalam hal ini, memilih lingkungan yang kondusif bagi aplikasi syariat jelas sebuah kebutuhan yang urgen. Sebagai kepala keluarga, jelas bertanggung jawab atas pilihan tempat tinggal, berikut kualitas para tetangga di kanan kirinya. Apalagi jika kita sering meninggalkan rumah, tetangga yang buruk bisa mengancam keseimbangan jiwa keluarga kita.
            Berikutnya kendaraan yang nyaman. Sebuah alat transportasi yang memudahkan kita untuk mendatangi ke tempat tujuan layaknya majelis ilmu, berekreasi, tempat kerja atau sekolah, hingga silahturahmi. Bukan saja menghemat waktu dan biaya, penjagaan syariat akan kehormatan diri anggota keluarga kita, akan jauh lebih baik jika kita meiliki kendaraan pribadi. Sebab, jelas bukan menjadi keinginan kita, jika istri atau anak kita tak terhindar dari sentuhan laki – laki ajnabi, di tempat umum.
            Mungkin terkesan materialistis, tapi memang begitulah kenyataanya. Bahwa harga sebuah surga di dunia ini yang bernama keluarga tidaklah murah. Para lelaki sebagai pemimpinnya bertanggung jawab atas itu semua. Dan, jelas membutuhkan keterampilan yang jauh lebih rumit jika ternyata  tidak memiliki sendi – sendi kebahagiaan seperti yang tersebut di atas.
            Semoga Allah memudahkan kita meraih kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan kita. Agar surga itu benar – benar kita rasakan di dalamnya Aamiin Ya Rabb.

Sumber            : Majalah Ar-Risalah No. 144/Vol.XII/09 Rajab-Sya’ban 1434 H / Juni 2013

Gambar 1        : https://gugundesign.files.wordpress.com/2010/03/dreamhome.jpg

Komentar