Dua Sisi Penghambaan

Ya, kita telah memutuskan dan memilih jalan hidup sebagai hamba Allah. Selain karena ia adalah hak Allah yang harus kita tunaikan, ia juga adalah satu – satunya cara menggapai kebahagiaan hidup hakiki dunia akhirat, meraih ketinggian derajat di sisi – Nya, serta mengarahkan cinta kepada kekasih sebenarnya. Meski tidak mudah, kehidupan manusia yang inkar, sejatinya jah lebih berat dan sulit.
Hanya Dia-lah saja yang pantas mendapat cinta kita sepenuhnya, setulusnya, tanpa noda kesyikrikan dengan aneka bentuk dan macamnya. Cinta putih yang berujung penghambaan utuh bernama ibadah, dengan keluasan cakupannya dan kekhususan maknanya. Dalam kepasrahan diri inilah kita mendamba ridha – Nya serta mengharap terjauh dari murka. Inilah hakikat kebaikan dunia akhirat sepanjang masa.
            Tapi, persembahan cinta kita haruslah berjiwa. Allah, serta kesadaran sebuah pilihan yang menjadi satu kesatuan, dari lubuk kalbu terdalam. Bukan penghambaan yang semu dan kosong dan melelahkan. Atau  malah menipu seperti yang orang – orang munafik lakukan.
            Ibadah kita ada dalam ucapan dan amalan. Meliputi ucapan kalbu dan lisan, serta amalan kalbu dan anggota badan. Ia menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, dimana kualitas ibadah dipertaruhkan. Semakin padu dan suci dari penghambaan kepada Allah, semakin tinggi nilainya.
            Ucapan lisan serta amalan anggota badan mudah bagi kita untuk melacaknya, sebab ia adalah aspek lahir yang kasat mata. Terlihat dan tampak dalam penglihatan sehingga seringkali menjadi pusat perhatian dan penilaian. Ia adalah identitas nyata sebuah penghambaan, dimana peneladanan rasul menjadi ukurannya.
            Tapi ternyata, kalbu kita pun bisa berucap dan beramal. Ucapannya adalah akidah atau keyakinan tentang Allah. Ia haruslah benar dalam meyakini diri, nama – nama, sifat – sifat, dan perbuatan Allah. Ia juga harus benar dalam meyakini semua kabar dari – Nya. Sedangkan amalan kalbu adalah perbuatannya, seperti cinta dan benci, tawakal, takut, mengharap, ikhlas, sabar, ridha, dan lain – lain yang serupa.
            Faktanya, aspek batin inilah yang sering kita abaikan. Selain tak terlihat, ukurannya yang bernama ikhlas itu sangatlah misterius. Ia bisa kita definisikan dengan mudah, namun sangatlah sulit untuk memastikan.
            Padahal, aspek batin inilah kunci penghambaan itu. Yang tanpanya, seluruh aspek lahir akan kehilangan makna, atau hanya sedikit bermakna. Inilah pembeda antara hamba yang beriman dengan orang – orang munafik. Dua kubu yang seringkali serupa, tapi hakikatnya tidak sama. Bahkan berbeda dengan perbedaan yang sangat jauh.
            Karena itulah kita harus waspada, agar ibadah kita tidak terjebak pada amalan – amalan lahir yang sekedar penggugur kewajiban namun sepi dari keikhlasan. Atau malah kehilangan aspek lahir sebab merasa telah membersihkan batin. Karena ibadah mencakup keempat hal diatas yakni dua pada sisi lahir dan dua pada sisi batin.
            Jadi, saat kita berucap bahwa hanya kepada Allah saja kita beribadah, ia berarti pemastian dan penetapan keempat hal inilah wilayah penghambaan kita. Sedang ketika kita berucap hanya kepada – Nya kita memohon pertolongan, maka ia berarti permohonan kuasa dan taufik Allah agar kita bisa menunaikannya sebagaimana seharusnya. Wallahu A’lam.

Sumber : Ar – Risalah No. 82/Vol. VII/10 Rabiul Awal – Rabiul Tsani 1429 H/April 2008




Komentar